Modernisasi Politik
PENDAHULUAN
Semakin pesatnya perkembangan
teknologi dan pengetahuan maka globalisasi atau modernisasilah yang menjadi
pakaian masyarakat diseluruh dunia. Modernisasi bukan saja mewabah dikalangan
manusia namun dari segi ilmu pengetahuan bahkan perpolitikan juga mengalami
perubahan yang drastis.
Modernisasi politik
Pembangunan politik sebagai
bagian dari modernisasi senantiasa melibatkan ketegangan dan konflik secara
terus menerus antara proses pembangunan dengan syarat-syarat agar system politik
tetap pada keadaannya. Ketegangan maupun konflik tersebut merupakan sesuatu
inheren dalam pembangunan, yang meliputi tuntutan akan persamaan, proses-proses
diferensiasi serta kebutuhan akan kapasitas yang lebih besar.
Merupakan suatu
hal yang biasa bahwa setiap perubahan-perubahan pada dimensi persamaan,
diferensiasi dan kapasitas/kemampuan dalam pembangunan akan mempengaruhi budaya
politik elite dan massa, perubahan (smooth) dimana elite maupun massa
terakomodasi dalam budaya-budayanya. Hal ini menunjukkan dinamika modernisasi
masyarakat.
Krisis mulai terjadi apabila
budaya elite atau massa atau keduanya, menyebabkan ketegangan-ketegangan yang
inheren, misalnya antara dimensi kapasitas dengan dimensi persamaan yang
semakin membesar dan sangat terlihat sebagai suatu ancaman utama pemerintah
atau rakyat maupun kedua-duanya.
Sejak tahun 1980-an,
negara-negara berkembang di dunia terjadi kecenderungan disintegrasi maupun
upaya untuk memajukan demokrasi untuk menghindari krisis disintegrasi. Upaya
untuk mencegah disintegrasi bangsa akan lebih relevan dan actual melalui studi
pembangunan politik, istilah lain dari pembangunan politik adalah pendidikan
politik, pembaharuan politik, pengembangan politik, perubahan politik dan
modernisasi politik.
Pakar politik Lucien W. Pye
(Aspects of Political Development, pada Memajukan Demokrasi mencegah
disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh Nicolaus Budi Harjanto)
memberikan dimensi/unsur dari pembangunan politik sebagai berikut :
Pembagunan politik
sebagai : pertambahan persamaan (equality) antara individu dalam hubungannya
dengan system politik, pertambahan kemampuan (capacity) system politik dalam
hubungannya dengan lingkungan, dan pertambahan pembedaan (differentiation and
specialization) lembaga dan struktur di dalam system politik itu. Ketiga
dimensi tersebut senantiasa ada pada “Dasar dan jantung proses pembangunan”.
Menurut Pye, dimensi
persamaan (equality) dalam pembangunan politik berkaitan dengan Masalah
partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam Kegiatan-kegiatan politik, baik yang
dimobilisir secara demokratis maupun totaliter. Dalam unsur/dimensi ini
dituntut adanya pelaksanaan hukum secara universal, dimana semua orang harus
taat kepada hokum yang sama, dan dituntut adanya kecakapan dan prestasi serta
bukan pertimbangan-pertimbangan status berdasarkan suatu system sosial yang
tradisional. Dalam proses pembangunan, dimensi ini berkaitan erat dengan budaya
politik, legitimasi dan keterikatan pada system.
Sedangkan dimensi kapasitas
(capacity) dimaksudkan sebagai kemampuan system politik yang dapat
dilihat dari output yang dihasilkan dan besarnya pengaruh yang dapat diberikan
kepada sistem-sistem lainnya seperti system sosial dan ekonomi. Dimensi ini
berhubungan erat prestasi pemerintah yang memiliki wewenang resmi, yang
mencerminkan besarnya ruang lingkup dan tingkat prestasi politik dan
pemerintahan, efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijakan umum dan
rasionalitas dalam administrasi serta orientasi kebijakan.
Sedangkan dimensi
diferensiasi dan spesialisasi (differentiation and specialization),
menunjukkan adanya lembaga-lembaga pemerintahan dan struktur-strukturnya
beserta fungsinya masing-masing, yang terdapat pada sistem politik. Dengan
diferensiasi berarti bertambah pula pengkhususan atau spesialisasi fungsi dari
beberapa peranan politik di dalam sistem. Di samping itu diferensiasi
melibatkan pula Masalah integrasi proses-proses dan struktur-struktur yang
rumit (Spesialisasi yang didasarkan pada perasaan integrasi keseluruhan).
Sedangkan menurut ahli
politik Claude E. Welch (Studi perbandingan modernisasi Politik pada Memajukan
Demokrasi mencegah disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh
Nicolaus Budi Harjanto) menggunakan istilah modernisasi politik dalam memahami
pembangunan politik, dengan pemikiran modernisasi politik dalam memahami
pembangunan politik, sebagai berikut :
Proses modernisasi politik
memiliki tiga ciri Pokok yaitu :
- Pertama, peningkatan pemusatan kekuasaan pada
negara, bersamaan dengan melemahnya sumber-sumber wewenang kekuasaan
tradisional;
- Kedua, diferensiasi dan spesialisasi lembaga-lebaga politik;
- Ketiga, peningkatan partisipasi rakyat dalam politik dan kesediaan
individu-individu untuk mengidentifikasikan diri dengan sistem politik sebagai
suatu keseluruhan. Jadi modernisasi politik pertama-tama menyangkut pengalihan
secara dramatis Pusat wewenang kekuasaan.
Sistem politik yang telah di
modernisasi akan menjadi rumit dan kompleks, karena modernisasi politik akan
melipatgandakan volume, ruang lingkup dan efisiensi keputusan-keputusan resmi;
lembaga pemerintahan harus mengembangkan tingkat diferensiasi struktural dan
spesialisasi fungsional yang tinggi; sikap-sikap politik rakyat harus dirubah
dan sifat partisipasi politik harus diganti. Jadi pola modernisasi politik yang
teratur mensyaratkan adanya transformasi sikap-sikap yaitu perubahan secara
dramatis praktek-praktek sosial dan politik tradisional ke arah modern.
Huntinton SP. (Tertib politik di dalam masyarakat yang sedang berubah pada Memajukan Demokrasi mencegah disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh Nicolaus Budi Harjanto) melihat pembangunan politik sebagai suatu aspek dari adanya modernisasi. Aspek-aspek modernisasi politik tersebut dapat diringkas ke dalam tiga kategori utama, yaitu :
- Pertama, modernisasi politik
melibatkan adanya rasionalisasi kekuasaan, pergantian sejumlah besar
Pejabat-pejabat politik tradisional, etnis, keagamaan, kekeluargaan oleh
kekuasaan nasional yang sekuler.
- Kedua, pembangunan politik
melibatkan diferensiasi fungsi politik yang baru dan pengembangan struktur
khusus sebagai pelaksana seluruh fungsi tersebut. Kewenangan khusu bidang
hokum, militer, administrative dan ilmu pengetahuan bersifat mandiri dan
terspesialisir namun terpisah dari dunia politik Hirarki administrasi menjadi
lebih terperinci dan tegas, kompleks serta lebih disiplin. Jabatan dan
kekuasaan didistribusikan dengan bersandar pada ukuran prestasi kerja bukan
askripsi.
- Ketiga, pembangunan politik
ditandai oleh peran serta politik seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi
politik ini ditandai dengan.meningkatnya kontrol/pengawasan masyarakat terhadap
pemerintah/penguasa dan warga negara secara langsung terlibat dalam
mempengaruhi pemerintahan.
Modernisasi politik secara
alamiah dimaksudkan untuk mengubah masyarakat terbelakang menjadi maju.
Sehingga masalah pokok yang timbul dari proses modernisasi politik adalah
pergeseran masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, sementara
modernisasi politik dianggap aspek dan dampak politik modernisasi sosial,
ekonomi dan budaya.
Akibat modernisasi yang lainnya adalah adanya partisipasi
di panggung politik yang berlangsung mulai dari pedesaan sampai kota-kota besar
yang dimainkan oleh kelompok-kelompok sosial yang meliputi seluruh lapisan
masyarakat dan mengembangkan pranata politik baru, seperti partai politik yan
mengorganisir partisipasi politik tersebut.
Sedangkan Huntington SP (The
change to change: modernization, development and politic pada Memajukan
Demokrasi mencegah disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh
Nicolaus Budi Harjanto) membangun kerangka teori dan tesisnya tentang
modernisasi, dengan memberikan ciri-ciri pokok modernisasi sebagai berikut:
- Pertama, modernisasi
merupakan proses revolusioner. Hal ini merupakan konsekuensi langsung karena
adanya masyarakat tradisionil dan modern yang berbeda dan kontradiktif satu
sama lain, dan perubahan dari tradisional ke modernitas melibatkan masalah
perubahan total dan radikal dalam pola-pola hidup manusia.
- Kedua, modernisasi merupakan
proses yang rumit, karena melibatkan perubahan hampir di semua bidang pemikiran
dan tingkah laku manusia serta sekurang-kurangnya terdiri dari unsur-unsur:
industrialisasi, urbanisasi, mobilisasi sosial, diferensiasi, sekularisasi,
perluasan media, peningkatan tingkat literasi dan perluasan partisipasi
politik.
- Ketiga, modernisasi
merupakan proses yang sistematis. Perubahan dalam satu bidang/aspek akan
membawa perubahan atau setidaknya mempengaruhi bidang/aspek lain.
- Keempat, modernisasi adalah
suatu proses global. Hal ini disebabkan adanya penyebaran gagasan-gagasan dan
teknik-teknik modern dalam kehidupan di seluruh penjuru dunia.
- Kelima, modernisasi
merupakan proses jangka panjang. Pada awal perubahan masyarakat tradisional
memang terlihat revolusioner, tetapi proses modernisasi secara keseluruhan
hanya mungkin terjadi dalam proses yang evolusioner dan memerlukan jangka waktu
yang panjang.
- Keenam, modernisasi merupakan
proses yang bertahap, yaitu mulai dari tahap tradisional menuju masyarakat
modern.
- Ketujuh, modernisasi
merupakan proses homogenitas. Dengan modernisasi akan terbentuk berbagai
masyarakat dengan struktur dan tendensi yang serupa, karena modernisasi
meliputi gerak menuju interdependensi antar masyarakat politik serta ke arah
integrasi semua masyarakat.
- Kedelapan, modernisasi
merupakan proses yang selalu bergerak ke depan. Meskipun pada beberapa kasus
ada kemungkinan berhenti atau mundur sementara, tetapi proses modernisasi tidak
dapat dihentikan.
- Kesembilan, modernisasi
merupakan proses progresif. Dalam jangka panjang modernisasi meningkatkan
kesejahteraan manusia, baik kultural maupun material.
0 komentar:
Posting Komentar